Sekolah Nasima

NJJR 2022 Umrah, Jelajah Tanah Suci, dan Peduli Bangsa

Bagikan

 

THAWAF WADA’: Peserta Nasima Jelajah Jejak Rasul (NJJR) 2022 foto bersama di depan Ka’bah setelah menyelesaikan thawaf wada’ sebagai penutup rangkaian kegiatan di Makkah, yaitu ibadah umrah dan kegiatan edukatif-religius lainnya.

 

 

LAPORAN KHUSUS

Sekolah Nasima Semarang bekerja sama dengan Mastour sukses menyelenggarakan kegiatan Nasima Jelajah Jejak Rasul (NJJR). Kegiatan komprehensif tersebut dilaksanakan selama tiga belas hari pada tanggal 7-19/12/2022. Total pesertanya 90 orang yang terdiri dari peserta didik Sekolah Nasima beserta keluarganya dan juga jamaah umum yang berminat.

NJJR merupakan kegiatan tahunan pada akhir semester gasal atau sekitar bulan Desember di sekolah yang terdiri dari jenjang KB-TK, SD, SMP, dan SMA berasrama tersebut. Kegiatan utamanya adalah ibadah umrah dengan pendekatan edukatif. “Maksudnya, peserta NJJR terutama peserta didik Sekolah Nasima difasilitasi untuk mengetahui, memahami, melakukan, dan menghayati ibadah umrah sebagai salah satu ibadah sunah yang utama dilakukan ketika berada di Tanah Suci. Pun demikian dengan ibadah lainnya seperti thawaf sunah, shalat wajib lima waktu, dan shalat-shalat sunah,” kata Ketua Pengurus YPI Nasima pada saat acara pemberangkatan (16/9/2022).

PENJELAJAHAN RELIGIUS-EDUKATIF: Foto bersama saat kunjungan ke Kota Thaif. Kegiatan menjelajah objek-objek bersejarah di Tanah Suci dapat meningkatkan keimanan, pengetahuan keagamaan, sekaligus pengalaman kontekstual yang bermanfaat bagi peserta NJJR.

 

Selain umrah dan shalat, peserta NJJR juga difasilitasi untuk melakukan penjelajahan edukatif. Penjelajahan edukatif merupakan pengejawantahan dari pendekatan pembelajaran inkuiri dan pembelajaran kontekstual. Inkuiri artinya peserta dapat menemukan dan mengkonstruksi suatu pengetahuan sebagai hasil eksplorasinya terhadap suatu lingkungan belajar. Kontekstual maksudnya adalah peserta dapat mengidentifikasi suatu objek secara nyata, menghubungkan teori-teori tekstual yang didapatkan di kelas dengan realita di lapangan serta mempraktikkannya secara langsung di tempat aslinya. “Pembimbing dan pendamping benar-benar menjalankan perannya layaknya guru yang mengajari, membimbing, dan mendampingi dengan penuh ketelitian serta kesabaran,” kata Indarti.

Pembimbing yang turut di dalam rombongan ada dua orang tokoh agama yang berkompeten. Pertama adalah Ketua Pembina YPI Nasima yang juga Pengasuh Ponpes Roudhatul Qur’an Annasimiyyah, KH Hanief Ismail Lc. Dia juga merupakan Ketua Takmir Masjid Kauman Semarang dan Rais Syuriah PCNU Kota Semarang. Pembimbing kedua adalah Pengawas YPI Nasima, Dr H Najahan Musyafak MA. Dia adalah Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Walisongo Semarang dan Sekretaris Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jawa Tengah.

Para pendamping sekaligus panitia lapangan NJJR 2022 terdiri dari para pendidik di Sekolah Nasima. Mereka antara lain Direktur Litbang YPI Nasima sebagai koordinator, Supramono MPd, Direktur SDM YPI Nasima, Hj Dwi Astuti SPD MM, Direktur Sarpra YPI Nasima, Ahmad Jauhari MPd, Kepala SD Nasima, TY Raharjo SPd, dan Kepala KB-TK Nasima, Nur Anisah SS MPd. Juga turut guru dan tenaga kependidikan yaitu Siti Anisah SPd, H Nanang Ghozi Mustofa SH, Sri Husodo SPd MM, dan Muslih Yuhri. “Kami mengemas keseluruhan kegiatan ini menjadi suatu rangkaian agenda yang sistematis, sehingga dapat memudahkan manajemen waktu peserta NJJR dalam beribadah maupun aktivitas religius dan edukatif lainnya,” kata Supramono.

 

Umrah empat kali

Ibadah umrah sebagai kegiatan utama dilaksanakan sebaik-baiknya. Selama berada di Kota Makkah peserta NJJR berkesempatan menjalankan ibadah umrah sebanyak empat kali. Ini lebih banyak dari paket umrah yang diselenggarakan biro lainnya yang rata-rata sebanyak dua atau tiga kali. Ibadah umrah pertama dilaksanakan begitu tiba di Tanah Suci. Setelah penerbangan sekitar sembilan jam dari Jakarta dan mendarat di Bandara Jeddah, peserta langsung melakukan rukun umrah yang pertama, yaitu miqat atau memakai busana ihram dan berniat umrah yang pertama. Dari Jeddah jamaah menuju Masjidil Haram di Kota Makkah menggunakan bus selama satu jaman.

NIAT IBADAH UMRAH: Peserta NJJR melakukan shalat sunah dilanjutkan berniat ibadah umrah yang ke-2 di Masjid Ji’ronah.

 

Meski belum sempat beristirahat dan makan siang di hotel yang disediakan, peserta bergegas menuju Masjidil Haram karena sudah mendengar azan shalat Zuhur. Mereka pun melakukan shalat Zuhur berjamaah bersama puluhan jamaah dari seluruh dunia yang sudah memenuhi Masjidil Haram. Walaupun didera lelah semua melakukan ibadah umrah dengan penuh semangat. Rukun umrah kedua dan seterusnya adalah thawaf atau mengelilingi Ka’bah tujuh putaran, sa’i atau lari-lari kecil di antara Bukit Shafa dan Bukit Marwa yang berjarak sekitar 400 meter sebanyak tujuh kali, dan tahalul atau memotong sedikit rambut kepala dalam tiga guntingan. Ibadah umrah pertama tersebut dilaksanakan sekitar dua jam dan diakhiri dengan shalat Asar berjamaah di pelataran Masjidil Haram. Sekitar jam empat sore jamaah baru kembali ke hotel untuk makan siang dan istirahat yang tertunda.

Alhamdulillah, meski sedang lelah kami mampu menyelesaikan ibadah umrah yang pertama secara khusyuk. Memang niat utama kami ke Tanah Suci adalah untuk umrah dan ternyata Allah menghendaki seperti itu, tidak beristirahat dulu di hotel tetapi langsung ke Masjidil Haram karena kebetulan tiba di hotel saat azan Zuhur sudah terdengar,” kata Kamal Pasha Putra Zubaidillah, peserta didik kelas X SMA Nasima yang menjadi salah peserta NJJR 2022.

SELALU KOMPAK: Setiap akan melakukan ibadah umrah, peserta NJJR berkumpul terlebih dahulu untuk menata hati dan mengatur barisan agar saat melakukan thawaf di sekitar Ka’bah maupun sa’i selalu di dalam satu kelompok yang kompak, sehingga semua ibadah peserta berjalan lancar dan mendapat rida Allah Swt.

 

Ibadah umrah kedua dilaksanakan setelah shalat Asar pada Sabtu 13/12/2022. Pagi sampai siang harinya mereka melakukan tadabbur atau penjelajahan untuk mengenal wilayah-wilayah yang terkait dengan ibadah haji. Menggunakan bus mereka menjelajah Padang Arafah, Jabal Rahmah, Muzdalifah, dan Mina. Sekitar jam dua belas siang mereka berganti busana ihram dan melakukan niat umrah kedua di Masjid Ji’ronah yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Makkah. Setelah makan siang di hotel peserta bergegas menuju Masjidil Haram untuk shalat Asar berjamaah dilanjutkan dengan ibadah umrah. Selepas shalat Magrib mereka baru kembali ke hotel untuk beristirahat.

Ibadah umrah ketiga dilaksanakan pada hari Ahad 14/12/2022 setelah shalat Isyak. Sebelumnya, pagi sampai sore peserta melakukan tadabbur ke Kota Thaif. Setelah itu mereka melakukan miqat di Masjid Qarnul Manazil yang berjarak sekitar 80 kilometer dari Masjidil Haram. Letaknya di dalam rute perjalanan pulang dari Thaif ke Makkah. Umrah keempat dilaksanakan keesokan harinya, Senin 15/12/2022. Setelah sarapan jamaah bergerak menuju Masjid Aisyah di Tan’im. Jaraknya hanya 7,5 kilometer dari Masjidil Haram.

BERDOA BERSAMA DI MULTAZAM: Setelah menyelesaikan thawaf umrah peserta NJJR berdoa bersama di depan Multazam atau pintu Ka’bah dipandu oleh kedua pembimbing.

 

“Saya bersyukur sekali dapat melakukan ibadah umrah sampai empat kali. Selain itu juga bisa mengetahui tempat-tempat atau masjid yang biasa digunakan untuk miqat. Minimal tahu ada empat tempat. Selain miqat atau berniat umrah saya juga dapat melaksanakan shalat-shalat sunah di masjid-masjid itu seperti shalat Tahiyatul Masjid, shalat Duha, dan shalat Hajat,” kata Ikhlash Tyastama Bahy, peserta didik kelas IX SMP Nasima yang berangkat bersama kedua orang tua dan saudarinya.

Selain ibadah-ibadah umrah tersebut jamaah juga melakukan thawaf secara mandiri pada saat sebelum maupun sesudah shalat fardu yang mereka tunaikan di sekitar Ka’bah. Ada yang memilih saat shalat Subuh, Zuhur, Asar, Magrib atau Isyak. Ada pula yang mampu melakukannya pada semua waktu shalat. Semua ibadah di dalam Masjidil Haram wajib mengenakan pakaian ihram dan tidak boleh terlambat masuk. Bila tidak berpakaian ihram atau terlambat masuk karena bagian dalam masjid telah penuh, maka jamaah melakukan shalat di pelataran atau bagian luar Masjidil Haram. Semua tergantung kepada niat serta kondisi dan kemampuan fisik masing-masing jamaah.

NAPAK TILAS SITI HAJAR: KH Hanief Ismail (depan kiri) memandu jamaah NJJR melakukan sa’I dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa sebagaimana dilakukan oleh Siti Hajar saat lari-lari kecil mencari pertolongan agar mendapatkan air untuk anaknya, Ismail.

 

Menutup rangkaian ibadah di Masjidil Haram, jamaah melakukan thawaf wada’ atau thawaf perpisahan dengan Ka’bah pada Selasa pagi 13/12/2022. Dengan suara yang bergetar dan mata berkaca-kaca semua peserta NJJR mengucapkan selamat tinggal, mohon pamit untuk pulang dan bekerja beberapa waktu di tanah air, dan berdoa bisa datang lagi ke Masjidil Haram untuk umrah atau haji.

 

BERDOA DI BUKIT MARWA: Setelah tujuh putaran sa’i peserta memanjatkan doa di Bukit Marwa dipimpin KH Hanief Ismail (duduk depan tengah)

 

MEMBUANG SIFAT DAN PERILAKU BURUK: Secara bergantian peserta NJJR melakukan tahalul atau pemotongan sedikit rambut kepala di tiga sisi kepala sebagai rukun terakhir ibadah umrah.

 

Shalat Jumat di dua masjid suci

Pengalaman istemewa berikutnya adalah dapat mengikuti shalat Jumat di Masjidil Haram di Kota Makkah dan Masjid Nabawi di Kota Madinah. Jamaah berangkat lebih awal agar mendapatkan tempat shalat di barisan-barisan atau shaf bagian depan. Di Masjidil Haram sebagian besar jamaah laki-laki bisa shalat di pelataran dekat Ka’bah. Sedangkan jamaah perempuan tersebar di bagian masjid yang beratap di lantai I maupun lantai II dan III Masjidil Haram. Semuanya mengenakan pakaian ihram.

DI BAWAH TERIK MATAHARI: Merasakan suasana panas terik yang sangat berkesan saat mendengarkan khutbah shalat Jumat di Masjidil Haram (9/12/2022)

Terik matahari di Makkah yang menyengat saat duduk menyimak khutbah, saat melakukan shalat, maupun thawaf sebelum maupun setelah shalat Jumat di Masjidil Haram justru menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Situasi berbeda ketika shalat Jumat di Masjid Nabawi. Suhunya sejuk dan bila shalat di pelataran ada ratusan payung-payung raksasa yang meneduhi jamaah.

RAHMATAN LIL ALAMIN: Peserta NJJR dapat merasakan penerapan Bhinneka Tunggal Ika dan Islam yang rahmatan lil alamin saat melihat keragaman jamaah shalat Jumat dari berbagai negara di dunia.

 

“Rukun atau tata cara shalat Jumat di Masjidil Haram Makkah maupun Masjid Nabawi Madinah ternyata sama dengan di Sekolah Nasima atau di Indonesia. Ada dua azan. Azan pertama untuk memberi perhatian dan peringatan agar jamaah yang masih beraktivitas dimanapun berada untuk segera menghentikan sementara aktivitasnya serta segera ke masjid. Azan kedua adalah panggilan untuk shalat,” kata Raffi Hanandita Satriani, peserta didik kelas XII SMA Nasima. “Khutbahnya sama ada dua bagian. Pertama adalah tausyiah dan kedua doa. Hanya saja bahasanya full bahasa Arab. Bagian-bagian inti khutbah saya tahu karena sama dengan yang dibaca khatib di Indonesia. Selebihnya saya mencoba memahami semampu saya,” tambah Hanan.

 

Penjelajahan edukatif

            Guna menyempurnakan keimanan setelah melakukan ibadah umrah maupun shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi peserta NJJR difasilitasi untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di sekitar Makkah dan Madinah. Pertama, peserta berkunjung ke Padang Arafah menggunakan bus. Jaraknya sekitar 18 kilometer dari Makkah. Arafah merupakan tempat jamaah melakukan wukuf pada saat ibadah haji. Di Arafah ada bukit bernama Jabal Rahmah yang merupakan tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa. Di Padang Arafah pula ada peristiwa besar yaitu Nabi Muhammad menyampaikan khutbahnya yang terakhir kepada umatnya.

 

SEPERTI MUSIM HAJI: Peserta NJJR foto bersama setelah mengeksplorasi dan berdoa di area Padang Arafah dan Bukit Jabal Rahmah sebagaimana dilakukan juga saat ibadah ibadah haji.

 

Setelah dari Arafah peserta mengenal Muzdalifah dan Mina. Di Muzdalifah peserta diberitahu oleh pembimbing bahwa di situ merupakan tempat jamaah haji beristirahat untuk shalat Magrib-Isyak secara jamak qashar dan mencari kerikil untuk lempar jumrah di tengah perjalanan dari Arafah menuju Mina. Di Mina peserta dapat menyaksikan ribuan tenda-tenda putih berbentuk kerucut yang digunakan jutaan jamaah haji untuk beristirahat sebelum melempar jumrah, yaitu melempari tiga tugu batu yang dinamakan Aqabah, Wustha, dan Ula dengan kerikil-kerikil yang dibawanya dari Muzdalifah. Pada akhir penjelajahan pertama tersebut peserta mengenal dan melakukan miqat umrah di Masjid Ji’ronah.

 

MENELADANI ABBAS: Peserta didik Sekolah Nasima melakukan tadarus Al Qur’an setelah melaksanakan shalat sunah di Masjid Abbas bin Abi Thalib. Abbas dikenal hafal ribuan hadits karena gemar tadarus dan belajar ilmu agama Islam.

 

Kedua, peserta menjelajah Kota Thaif yang berada di arah timur laut Makkah dengan jarak 110 kilometer. Geografisnya merupakan pegunungan dengan hawa sejuk. Meski bergunung-gunung batu, namun beberapa lokasi ditumbuhi aneka tumbuhan maupun tanaman perkebunan. Di dalam sejarah, Nabi Muhammad melakukan dakwah di luar Makkah, dan Thaif menjadi tujuan pertama. Bukannya menyambut dengan ramah, penduduk Thaif kala itu justru menghardik bahkan sampai melempari Rasulullah dengan kotoran dan batu sampai kakinya berdarah-darah. Malaikat penjaga gunung sampai menemui Rasulullah meminta izin untuk memusnahkan penduduk Thaif dengan meruntuhkan semua gunung batu yang mengelilingi Thaif.

MASJID KUK: Tempat Rasulullah beristirahat sambil meletakkan sikunya di tepi bukit setelah dilempari kotoran dan batu oleh penduduk Thaif sampai kakinya berdarah.

 

“Rasulullah tidak memperkenankan. Menurutnya, saat ini penduduk Thaif belum mau beriman, tetapi Rasulullah yakin bahwa anak-anak cucu mereka kelak akan beriman kepada Allah. Itulah contoh kemuliaan akhlak Rasulullah,” kata KH Hanief Ismail yang memberikan penjelasan selama perjalanan. Tempat Rasulullah dilempar batu diabadikan dalam wujud masjid berdinding batuan gunung yang disebut Masjid Kuk. Sedangkan tempat malaikat penjaga gunung menemui Rasulullah dibangun masjid bernama Masjid Addas. Masjid Kuk berada di pinggir jalan raya dan Masjid Addas ada di sebuah lembah di bawah jalan raya. Tak ada tempat parkir bus sehingga peserta cukup menyaksikannya dari dalam bus.

Kegiatan edukatif dan rekreatif di Thaif adalah mengunjungi industri parfum “Rashid Al Qurashi” yang berbahan baku bunga mawar khas Thaif. Kemudian naik gondola atau kereta gantung yang dinamakan “Telefric Al Hada” atau “Thaif Cable Cars”. Gondola tersebut menghubungkan pusat perbelanjaan Al Hada Resort di puncak Gunung Al Hada menuju suatu water park di dataran rendah Thaif. Ada sekitar 20 gondola dengan jarak tertentu yang terus menerus turun dan naik. Setiap gondola mampu memuat maksimal 8 orang. Perjalanan turun dan naik membutuhkan waktu sekitar 40 menit.

TALAMAN: Makan bersama nasi buriyani dan ayam bakar ala tradisi Arab menciptakan suasana makan siang yang mengesankan dan meningkatkan keakraban antar peserta NJJR.

 

“Tidak terlalu lama kalau dibaca. Tetapi menjadi sangat lama ketika kita mengalaminya di dalam gondola Thaif. Perjalanannya sangat menguji adrenalin terutama ketika berjalan turun. Kereta melayang di atas ketinggian 50 meter dari bukit dan lembah berbatu dengan tekstur yang kasar dan tajam. Juga jalan raya yang berkelok-kelok jauh di bawah sana,” ujar M Dzaki Fadhlur Rahman, peserta didik kelas VIII SMP Nasima. Dia berada satu gondola dengan kedua orang tua dan kakaknya, serta KH Hanief Ismail dan dua orang guru. “Ada hal yang unik lainnya, kami bisa menyaksikan cukup banyak monyet gunung yang hidup di bukit-bukit yang kami lalui,” tambah Dzaki.

SENSASI GONDOLA: Peserta NJJR menaiki gondola atau kereta gantung “Telefric Al Hada” yang menghubungkan wilayah bagian atas dan bagian bawah Kota Thaif.

 

Kunjungan ketiga dilakukan saat peserta NJJR berada di Kota Madinah. Peserta difasilitasi untuk melakukan perjalanan menuju Bukit Uhud. Di dalam perjalanan peserta ditunjukkan tentang keberadaan beberapa masjid bersejarah. Ada Masjid Ijabah, Masjid Bilal bin Rabah, dan Masjid Quba. Di Masjid Quba bus berhenti dan menyilakan peserta untuk melakukan shalat Tahiyatul Masjid, shalat Duha, dan shalat Hajat, serta berdoa.

“Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah pada tahun 1 Hijriyyah atau saat pertama kali Rasulullah dan rombongan tiba di Madinah setelah perjalanan hijrah dari Makkah. Adalah unta Rasulullah yang menunjukkan tempat yang nyaman untuk didirikan sebuah masjid. Sepetak tanah milik dua orang anak yatim dipilih unta tersebut. Di situlah akhirnya Rasulullah dan para sahabat membangun masjid yang pertama,” kata H Ibnu Salam, salah satu pemandu kegiatan asli Indonesia yang sudah sepuluh tahun menetap di Saudi Arabia. Setelah usai di Masjid Quba, peserta singgah di perkebunan kurma. Selain merasakan suasana perkebunan kurma, peserta juga berkesempatan membeli aneka jenis kurma yang sudah matang.

MASJID PERTAMA: Shalat sunah Tahiyatul Masjid dan shalat sunah lainnya dilakukan peserta NJJR saat berada di Masjid Quba’ atau masjid pertama yang dibangun Rasulullah di Madinah.

 

KEBUN KURMA: Menjelajah kebun kurma agar mengetahui langsung sistem perawatannya agar selalu berbuah dengan jumlah yang berlimpah maupun berkualitas.

 

Ujung dari penjelajahan hari itu adalah Pegunungan Uhud yang terkenal karena sejarah peristiwa Perang Uhud. Perang yang terjadi antara pasukan muslim di Madinah menghadapi pasukan jahiliyah atau kafir Quraisy dari Makkah. Di depan deretan Pegunungan Uhud ada padang gurun yang luas. Di salah satu sisinya ada sebuah bukit memanjang yang pada waktu itu ditempati pasukan pemanah muslim. Di dalam kisah disebutkan, pada awalnya pasukan muslim bisa memorakporandakan pasukan musuh berkat jasa pasukan pemanah tersebut. Namun, pasukan kafir di bawah pimpinan Khalid bin Walid mundur menyelamatkan diri sambil melemparkan perbekalan serta benda-benda berharga yang dimilikinya. Pasukan pemanah tergiur oleh benda-benda berharga tersebut. Sebagian dari mereka turun dari bukit untuk mengambil benda-benda berharga yang berserakan di lembah. Ternyata itu merupakan siasat musuh. Ketika pasukan muslim lengah, pasukan kafir kembali menyerang dengan kekuatan yang lebih besar. Korban berjatuhan di pihak pasukan muslim yang akhirnya terdesak mundur ke Madinah. Salah satu yang gugur menjadi syuhada adalah paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muththalib.

 

BERDOA UNTUK SYUHADA UHUD: KH Hanief Ismail dan H Najahan Musyafak (tengah berjaket batik) memimpin ziarah dan doa untuk pasukan muslim yang gugur dalam Perang Uhud.

 

Jenazah para syuhada Perang Uhud dimakamkan di samping Bukit Uhud. Saat ini area pemakaman tersebut dikelilingi dengan pagar tinggi. Peserta NJJR melakukan ziarah dan doa di depan pintu makam Syuhada Uhud dipimpin oleh KH Hanief Ismail.

Pada sela-sela waktu, peserta NJJR juga melakukan tadabbur mandiri ke beberapa masjid bersejarah di sekitar Masjid Nabawi. Masjid-masjid yang dikunjungi antara lain Masjid Ghamamah, Masjid Imam Bukhari, Masjid Ijabah, dan Masjid Abidzar Ghafara. Seperti biasanya peserta melakukan shalat Tahiyatul Masjid, shalat Duha, dan shalat Hajat, serta berdoa.

 

Ziarah auliya

Peserta NJJR menyempatkan waktu untuk berziarah ke kompleks pemakaman Jannatul Mua’la atau Ma’la di Makkah dan pemakaman Jannatul Baqi’ di Madinah. Ziarah di Ma’la dilaksanakan setelah shalat Asar pada Jumat 9/12/2022. Jaraknya hanya 1,5 kilometer dari Masjidil Haram. Namun untuk mempercepat peserta mengendarai bus untuk mencapainya. Peserta putri hanya bisa ziarah dan doa di depan pagar pintu masuk makam. Sedangkan peserta putra bisa masuk ke area makam yang membentang luas tersebut. Tak ada nisan seperti di Indonesia. Hanya batu-batu yang diletakkan di tanah makam sebagai penanda letak kepala jenazah yang dimakamkan.

 

ZIARAH DI MA’LA: Doa dipanjatkan untuk ruh Asma binti Rasulullah, KH Muslih Abdurrahman, Syekh Nawawi Al Bantani, dan para auliya di makam Jannatul Ma’la.

 

Secara bertahap jamaah putra berziarah di makam Siti Khadijah, istri Rasulullah yang pertama. Setelah itu berpindah ke makam Siti Asma binti Muhammad, putri Rasulullah. Bersebelahan dengan makam Asma ada makam KH Muslih Abdurrahman, pendiri Ponpes Futuhiyyah Mranggen Demak dan di dekat makam Syekh Muhammad Nawawi Al Bantani, guru para ulama besar Nusantara. Tersebut ada nama Syekh Muhammad Mahfudz Termas, Syeikh Kholil Al Bangkalani, Syekh Sholeh Darat al Samarani, KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, dan lainnya yang menjadi muridnya. Terakhir di Ma’la, jamaah putra berziarah dan berdoa di pusara KH Maimun Zubair yang wafat pada saat menunaikan ibadah haji pada tahun 2019.

Pada sepekan selanjutnya ketika sampai di Madinah peserta NJJR langsung berziarah ke makam Rasulullah di kompleks Masjid Nabawi. Di samping makam Rasulullah terdapat makam sahabat sekaligus khalifah, yaitu Abu Bakar Ash Shidiq dan Umar bin Khattab. Ziarah ke makam Rasulullah juga dilakukan pada setiap akhir shalat fardhu berjamaah. Pada saat menjelang pulang ke tanah air semua peserta melakukan ziarah wada’ di makam Rasulullah.

Selain di makam Rasulullah, peserta NJJR juga berziarah ke makam Jannatul Baqi. Jaraknya hanya 500 meter di sebelah barat daya Masjid Nabawi. Luasnya 174.962 meter persegi. Pada Kamis sore, setelah Asar semua peserta NJJR baik putra maupun putri beziarah dari luar pagar makam. Esok harinya, pada Jumat pagi setelah shalat Subuh beberapa peserta putra bisa masuk ke area pemakaman Baqi. Melalui peta yang difoto dari kertas peta seorang ulama Turki, peserta NJJR tersebut bisa lebih mudah mengetahui letak makam-makam Auliya yang dimakamkan di Baqi. Ada makam istri, anak, serta cucu Rasulullah, antara lain Siti Aisyah, Fatimah Az-Zahra, Zainab, Ruqayyah, Umi Khultsum, dan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Ada juga para sahabat seperti Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, As’ad bin Zararah, dan sebagainya.

 

ZIARAH DI MAKAM KIAI MASRURI: Tahlil dan doa dibacaka di pusara KH Muhammad Abdul Mughni di Makam Jannatul Baqi Madinah.

 

Di Baqi’ peserta NJJR juga menziarahi makam KH Muhammad Masruri Abdul Mughni. Kiai Masruri adalah pendiri dan pengasuh Ponpes Al Hikmah 2, Benda, Sirampog, Brebes. Kiai Masruri merupakan ulama besar yang turut membesarkan YPI Nasima melalui nasihat dan doa-doanya. Selain itu secara rutin, pada setiap bulan Ramadan ratusan peserta didik Sekolah Nasima diberi kesempatan nyantri di Ponpes Al Hikmah 2.

 

Mujahadah dan donasi peduli bangsa

            Karakter nasionalis agamais yang menjadi karakter inti warga Sekolah Nasima diterapkan dimanapun berada. Mumpung berada di Tanah Suci peserta NJJR tak lupa memanjatkan doa untuk keselamatan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara instrinsik doa untuk bangsa dipanjatkan setiap individu dalam ibadah-ibadahnya. Secara bersama-sama, panitia NJJR menggagas kegiatan Khataman Al Qur’an, Maulid Nabi, dan Mujahadah untuk Keselamatan Bangsa yang melibatkan semua peserta.

 

KHATAMAN AL QUR’AN: Peserta NJJR menuntaskan bacaan 30 Juz Alquran secara bersama saat di Tanah Suci. KH Hanief Ismail memimpin doa khataman dan mujahadah.

 

Sejak mendarat di Tanah Suci setiap peserta mendapat “jatah” bacaan, sehingga 30 Juz Al Qur’an dapat diselesaikan secara bersama-sama sebanyak dua kali untuk dua kegiatan khataman. Khataman pertama sekaligus mujahadah dilaksanakan di Makkah. Sedangkan khataman kedua sekaligus maulid dan mujahadah dilaksanakan di Madinah. KH Hanief Ismail memimpin langsung dua kegiatan tersebut. “Mumpung kita di Tanah Suci, di tempat-tempat mustajab seperti Masjidil Haram dan Masjid Nabawi kita panjatkan doa kita dan keluarga, sahabat, tetangga, serta lembaga masing-masing, khususnya Sekolah Nasima. Selain itu juga untuk Indonesia tanah air kita. Kepedulian pada tanah air tercinta tetap kita asah melalui doa-doa kita,” kata Kiai Hanief. “In syaa Allah setiap bacaan Al Qur’an, shalawat, dan kalimat-kalimat thayyibah yang kita lantunkan juga akan mendapatkan pahala yang sangat besar,” tambahnya.

MAULID DI DEPAN RASULULLAH: Peserta NJJR melantunkan salam dan shalawat nabi sebelum berdoa khataman, mujahadah, serta doa untuk bangsa di pelataran pintu nomor 21 Masjid Nabawi.

Menyempurnakan kepedulian pada bangsa, panitia membuka kotak donasi untuk penyintas bencana alam yang saat ini sedang melanda beberapa wilayah di Indonesia. Sampai jelang kepulangan ke Tanah Air terkumpul donasi berbentuk uang rupiah dan real Saudi Arabia sejumlah Rp3.850.000 dan RSA400. “Uang yang terkumpul akan kami satukan dengan donasi yang terkumpul di Sekolah Nasima dan selanjutnya segera kami salurkan melalui lembaga pengelola bantuan kemanusiaan seperti BPBD, PMI, dan sebagainya,” kata TY Raharjo SPd selaku koordinator kegiatan donasi. (Pram)


Bagikan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *