DOA RESTU BATINIAH: Jamaah Sekolah Nasima sedang berziarah di makam KH Muhammad Arwani Amin di Kompleks Ponpes Yanbu’ul Qur’an Kudus sebagai ikhtiar tabarukan kepada ulama ahli Al Qur’an tersebut (Jumat 7/6/2024).
Jumat Kliwon 7/6/2024 guru-guru Sekolah Nasima Semarang sejumlah 27 orang melakukan ziarah ke Kota Kudus Jawa Tengah. Mereka berangkat menggunakan bus d’Nasima selepas Asar dari halaman SD Nasima, Jalan Puspanjolo Selatan 53 Semarang. Ziarah dipimpin langsung oleh Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nasima, KH Hanief Ismail Lc. Ikut pula organ dan para direktur YPI Nasima, antara lain Ketua Pengurus, Dr Indarti MPd, Wakil Ketua Pengurus, Ilyas Johari SPd MM, Sekretaris, Dr Dwi Sukaningtyas MPd, dan Direktur Eksekutif, Hj Mila Christanty SPd MM. Lebih khusus lagi adalah ikutnya Tim Qur’an Learning Center (QLC) Sekolah Nasima, antara lain Koordinator yang juga Direktur Asrama dan Keagamaan (Dirasgama), Ahmad Mundzir SPd MAg AH, Shodiqun SPd AH, Muh Zainal Qowim SPdI, Muh Maimun Fathoni MPdI AH, dan Aditia Tresna Wijayanto MPd.
“Ziarah ini merupakan rangkaian dari kegiatan Setu Legen yang rutin dilaksanakan di Sekolah Nasima. Setelah ziarah malam ini akan ada khataman dan simakan Al Qur’an oleh semua organ yayasan maupun guru dan tenaga kependidikan pada Sabtu pagi sampai waktu Zuhur,” kata Indarti. “Namun, ziarah ke Kudus ini merupakan ziarah khusus. Masih dalam satu rangkaian silaturahmi serta ziarah ke Brabo Grobogan, Bringin Salatiga, dan Krapyak Yogyakarta. Niat utamanya adalah untuk memohon doa restu, tahsin, dan tashih terkait Tartiluna, yaitu sistem pembelajaran Al Qur’an yang disusun oleh Tim Qur’an Learning Center (QLC) Sekolah Nasima,” tambah Ketua Pengurus YPI Nasima tersebut.
Menurut Ahmad Mundzir, silaturahmi dan ziarah yang dilakukan merupakan langkah lahiriah dan batiniah Tim QLC untuk menemui ulama-ulama ahli Al Qur’an yang menjadi guru dari para guru mengaji di Sekolah Nasima. “Secara lahiriah kami telah bertemu dengan KH Hanief Ismail Lc di Semarang, KH M Dhofir Syafi’I, Nyai Hj Maemunah Baedlowi, dan KH Shofi Al Mubarok Baedlowi di Brabo Grobogan, serta KH Munawir Munajat di Bringin Salatiga,” kata Mundzir. “Kemudian kami berziarah ke makam KH Munajat di Bringin Salatiga dan KH Munawwir di Krapyak Yogyakarta. Malam ini kami berziarah ke makam KH Muhammad Arwani Amin di Komplek PP Yanbu’ul Qur’an Kudus. Pada pekan depan kami masih akan berziarah ke makam KH Turmudzi Taslim, Pendiri dan Pengasuh PP Raudhatul Qur’an Kauman Semarang,” sambung Dirasgama YPI Nasima yang juga biasa dipanggil Gus Mundzir.
Mundzir juga menjelaskan, bahwa ulama-ulama Al Qur’an yang ditemui secara lahiriah atau masih hidup adalah guru-guru dari para guru mengaji Sekolah Nasima. Sedangkan para ulama yang sudah wafat merupakan guru-guru dari para ulama tersebut. “Ibaratnya, bila ditarik garis beliau-beliau seperti jejaring yang saling terkait dan pada ujungnya tersambung langsung kepada Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Inilah yang dinamakan sanad keilmuan Al Qur’an dan sistem pembelajaran Al Qur’an Tartiluna yang disusun Sekolah Nasima memiliki sanad yang sangat jelas, tersambung ke Rasulullah,” ujar Gus Mundzir.
SHALAWAT PENYEMANGAT PERJUANGAN: Jamaah Sekolah Nasima dipimpin KH Hanief Ismail (berdiri nomor 2 dari kanan) memberi penghormatan, membaca kalimat-kalimat thayyibah dan doa untuk pencipta Shalawat Asnawiyah, KH R Asnawi. Makamnya tampak di ujung kanan foto.
Shalawat Asnawiyah
Senyampang masih di Kudus, jamaah Sekolah Nasima juga berziarah ke makam KH Raden Asnawi dan Sunan Kudus di Kompleks Masjid Agung Menara Kudus. KH Raden Asnawi atau Kyai Asnawi semasa hidupnya selain menguasai ilmu keagamaan yang sangat mumpuni juga memiliki nasionalisme yang sangat tinggi. Dia dikenal sebagai penggerak dan penyemangat jamiyyah Nahdlatul Ulama untuk totalitas dalam mencintai tanah air sebagai bagian dari iman dan bersemangat dalam melawan penjajahan Belanda maupun Jepang. Salah satu karyanya yang fenomenal dan mampu membakar semangat perjuangan adalah nadzom atau lirik dan nada shalawat yang dikenal dengan Shalawat Asnawiyah.
“Selama setahun ajaran ini, warga Sekolah Nasima merutinkan untuk melafal Shalawat Asnawiyah setiap usai wirid dan doa setelah shalat jamaah. Upaya ini menjadi bagian dari serangkaian budaya Sekolah Nasima untuk memperkuat pendidikan karakter nasionalis agamais warga sekolah, utamanya peserta didik,” kata Indarti. “Ziarah kali ini merupakan kegiatan tabarukan atau memohon barokah serta silaturahmi batiniyah kepada pencipta Shalawat Asnawiyah, yaitu Almaghfurllah KH Raden Asnawi,” tambahnya.
TELADAN TOLERANSI: KH Hanief Ismail (nomor 5 dari kiri) bersama jamaah Sekolah Nasima berfoto di depan menara masjid yang dibangun Sunan Kudus sebagai salah satu simbol toleransi antarumat beragama,
Kegiatan pada malam itu diakhiri dengan berziarah ke Makam Sunan Kudus atau Raden Djakpar Shodiq. KH Hanief Ismail dan Tim QLC Sekolah Nasima diberi kesempatan untuk masuk ke cungkup atau rumah kecil penenduh Makam Sunan Kudus. “Sunan Kudus kita ziarahi karena beliau adalah salah satu Walisongo yang terkenal dengan kemampuannya merangkul masyarakat yang berbeda agama. Beliau menerapkan nilai-nilai toleransi dalam penyebaran agama, sehingga Islam dapat berkembang pesat di Kudus dan sekitarnya. Selain itu juga karena beliau adalah ulama utama di Kudus sehingga kita secara adab wajib menziarahi makam beliau,” kata KH Hanief Ismail kepada jurnalis Merah Putih. (naskah: Pram, foto: Rozaq & Dwi)