Sekolah Nasima

Ziarah Setu Legen: Meneladani Kyai-kyai yang Cinta Tanah Air

Bagikan

ZIARAH AULIA: Organ YPI Nasima dan para pendidik Sekolah Nasima melakukan ziarah ulama sekaligus pejuang, KH Syafii Pijoro Negoro di Mangkang Kota Semarang (Sabtu 19/4/2025)

Sabtu pagi 19/4/2025 dengan pasaran Legi (menurut sistem penanggalan) para pendidik Sekolah Nasima melakukan kegiatan ziarah rutin 35 hari sekali yang dinamakan Ziarah Setu Legen. Biasanya dilaksanakan pada Jumat malam Sabtu, namun karena Jumatnya adalah hari libur nasional maka ziarah dilaksanakan pada Sabtu pagi. Kali ini lokasinya di 2 pemakaman, yaitu di wilayah Dondong Mangkang Kota Semarang dan di Bukit Jabal Nur Kaliwungu Kabupaten Kendal. Di Dondong jamaah ziarah di Makam KH Syafii Pijoro Negoro (baca KH Syafi’I Piyoro Negoro), sedangkan di Kaliwungu adalah makam KH Mustofa, KH Ahmad Rukyat, KH Wali Musyafak, dan KH Abu Chaer yang berada dalam satu komplek.

Pesertanya 15 orang. Hadir selaku pemimpin ziarah adalah Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Nasima, KH Hanief Ismail Lc. Hadir pula organ YPI Nasima lainnya, yaitu Pengawas, Dr H Najahan Musyafak MA, Wakil Ketua Pengurus, Ilyas Johari SPd MM, serta Direktur Asrama dan Keagamaan, Ahmad Mundzir SPd MAg AH dan Direkur Humas dan Publikasi, Muhson SPd MM. Selebihnya adalah para guru dan tenaga kependidikan perwakilan dari jenjang KB-TK, SD, dan SMA Nasima.

Menurut berbagai sumber, Kiai Syafii Pijoro Negoro merupakan keturunan dari Ki Ageng Gribig, Jatinom, Klaten. Sebelum menetap di Kampung Dondong, Ki Syafii menjadi salah satu Komandan Pasukan Sultan Agung yang ikut menyerbu Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur di Batavia (Jakarta) pada 1629. Setelah peristiwa penyerbuan itu, Kiai Syafii singgah dan kemudian bermukim di Kampung Dondong. Pada mulanya, setelah menetap di Kampung Dondong, Kiai Syafii mendirikan padepokan. Namun, yang datang untuk belajar justru santri, yang hendak belajar ilmu agama. Maka, padepokan itu pun bertransformasi menjadi pesantren yang dikenal dengan Pondok Pesantren Luhur. Lokasinya ditandai dengan adanya musala yang kini dinamakan Musala Abu Darda’. Hingga kini musala itu masih berdiri kukuh setelah mengalami beberapa kali renovasi.

Meskipun santrinya tidak banyak, Ponpes Luhur Dondong berhasil melahirkan kiai-kiai masyhur di Indonesia. Diantara santrinya yang masyhur adalah Mbah Sholeh Darat. Kemudian juga sosok pengasuh Pondok Pesantren Darul Amanah Sukorejo (1970) Kiai Mas’ud, dan Kiai Zamhari pengasuh Pondok Pesantren Darunnajah Bogor. Saat ini pesantren Luhur Dondong tetap kokoh berdiri.

MENELADANI AULIA: Ketua Pembina YPI Nasima, KH Hanief Ismail Lc (depan tengah) memimpin ziarah. Selain mengirim doa para pendidik Sekolah Nasima diajaknya untuk meneladani para aulia.

Sedangkan para kyai yang dimakamkan di komplek pemakaman Bukit Jabal Nur Kaliwungu merupakan ulama yang diakui kewaliannya dan memiliki karomah tertentu. Pengakuan datang dari Syaikh Kholil Bangkalan, KH Abdul Karim Lirboyo Kediri dan KH Ma’ruf Kedunglo Kediri. Banyak santri-santrinya yang menjadi ulama besar yang berkiprah di bidang pendidikan agama maupun di kancah politik nasional.

“Kami berusaha istiqomah melakukan ziarah Setu Legen ini dalam rangka berkirim barokah kalimat-kalimat thayibah sekaligus mengenal, belajar, dan meneladani para aulia, wali atau ulama, meskipun mereka telah wafat. Kami di Sekolah Nasima adalah para guru yang belajar kepada para ulama yang luar biasa dalam keilmuan, keistiqomahan, serta keteladanan. Lebih khusus lagi para aulia yang kita ziarahi juga terkenal karena keislamannya yang rahmatan lil alamin, cinta tanah air Nusantara, serta turut berjasa bagi bangsa dan negara,” kata KH Hanief Ismail Lc. (Pram)

KALIMAT THAYIBAH: Para pendidik Sekolah Nasima melafal kalimat-kalimat thayibah dan doa secara khusyuk yang barokah pahalanya dihaturkan kepada para aulia yang diziarahi.


Bagikan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *