SAMBUTAN ADAT: Rombongan peserta didik dan guru pendamping ELE-JN SMA Nasima disambut dengan upacara adat khas Suku Saibatin Lampung yang meriah begitu turun dari dua bus d’Nasima (Selasa 30/4/2024).
Explore, Live in, Expose Jelajah Nusantara (ELE-JN) merupakan kegiatan tahunan yang khas di Sekolah Nasima, utamanya di jenjang SMP dan SMA Nasima. Pada pelaksanaannya, peserta didik sekolah yang berkarakter nasionalis agamais tersebut melakukan kegiatan perjalanan untuk mengeksplorasi beberapa destinasi, menginap di rumah-rumah penduduk di lokasi tertentu, melakukan interaksi sosial dengan penduduk setempat, melakukan riset sederhana tentang unsur-unsur budaya, serta melakukan ekspos berupa kegiatan-kegiatan pentas bersama dan bakti sosial. Selama dan setelah kegiatan peserta mengerjakan suatu tugas yang sudah dirancang antara lain melakukan publikasi online, membuat laporan, dan karya dokumentasi.
Keunikan dan keunggulan program ini pada tujuan utamanya, yaitu mengenal, belajar, dan menjalin interaksi dengan suku-suku bangsa yang beragam di Indonesia. Pada akhirnya peserta didik memiliki pemahaman bahwa Indonesia itu kaya dengan beragam sumber daya, sangat indah, dan Bhinneka Tunggal Ika. Selanjutnya akan tumbuh rasa syukur kepada Tuhan, empati sesama bangsa, dan komitmen untuk menjaga keutuhan serta memajukan bangsa dan negara. Guna mendidik kemandirian, ketangguhan, dan gotong royong peserta didik difasilitasi untuk berpartisipasi mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan dan pelaporan.
KEAKRABAN DI SELAT SUNDA: Peserta didik SMA Nasima saat di kapal feri yang melintas Selat Sunda. Mereka menikmati suasana penjelajahan sambil memperkuat keakraban.
Pada tahun ini SMA Nasima melakukan ELE-JN di wilayah Provinsi Lampung di Pulau Sumatera. Pelaksanaannya selama sepekan pada Ahad 28 Mei sampai Sabtu 4 Mei 2024. Pesertanya adalah peserta didik kelas XI sejumlah 59 anak dan 7 orang guru pendamping. “Pada tahun-tahun sebelumnya anak-anak SMA Nasima telah melakukan ELE-JN di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Madura, dan Banyuwangi. Tahun ini tim fasilitasi anak-anak menjelajah Lampung,” kata Kepala SMA Nasima, Sri Utami SPd yang turut mendampingi kegiatan.
Ahad siang 28/4/2024, rombongan ELE-JN SMA Nasima berangkat dari lapangan sekolah yang beralamat di Jalan Yos Sudarso 17 Kota Semarang tersebut. Mereka menggunakan dua bus d’Nasima., Bus pertama diisi dengan peserta putri dan didampingi oleh Direktur Pendidikan II YPI Nasima, Dr Dwi Sukaningtyas MPd, Kepala SMA Nasima, Sri Utami SPd Gr, Lin Widiatuti SPd, Siti Badriyah SPd dan Suroyatul Isniah SPd MSi. Sedangkan Bus kedua untuk peserta putra didampingi Hanif Prakoso SKom dan M Khafidz Akhsin Murtadlo SPd.
Mengawali dengan ziarah
Perjalanan darat disambung dengan perjalanan laut menyeberangi selat Sunda berjalan lancar. Tim ELE-JN SMA Nasima menginjakkan kaki di Provinsi Lampung pada Senin fajar 29/4 sekitar pukul 03.30 WIB. Terlihat jelas dari Pelabuhan Bakauheni ikon Provinsi Lampung yaitu Menara Siger. Bentuknya merepresentasikan hiasan kepala khas wanita Lampung. Di rest area pelabuhan, tepatnya di Pesisir Saibatin tim melakukan bersih diri, shalat subuh, dan makan pagi. Iringan musik yang membawakan lagu-lagu daerah Lampung menghantarkan tim pada suasana khas wilayah ujung selatan Pulau Sumatera tersebut.
Sebagai insan nasionalis agamais, tim Nasima mengawali rangkaian kegiatan dengan berziarah ke makam para ulama atau tokoh yang berjasa pada agama, bangsa, dan negara. “Di Lampung ini tim ziarah ke makam KH Ahmad Shodiq. tepatnya di Kecamatan Way Lima Lampung Timur. Beliau adalah salah satu ulama yang berjasa dalam penyebaran Islam di Lampung,” kata Sri Utami. Kegiatan ziarah dipimpin oleh M Khafidz Akhsin Murtadlo SPd, guru pendaming yang juga sekaligus sebagai guru MAQ di SMA Nasima.
MENGHORMATI AULIYA: Sebelum jauh menjelajah Lampung peserta ELE-JN SMA Nasima berziarah di makam salah satu penyebar agama Islam di Lampung, KH Ahmad Shodiq.
Berinteraksi dengan gajah
Seusai ziarah tim mengunjungi Taman Nasional Way Kambas (TNWK). TNWK merupakan taman nasional perlindungan gajah yang terletak di Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur. TNWK beroperasi mulai tahun 1985. Awalnya merupakan “sekolah” atau “lembaga pendidikan” untuk hewan gajah yang pertama di Indonesia. Namanya kala itu adalah Pusat Latihan Gajah (PLG). PLG diharapkan mampu menjadi pusat konservasi gajah dalam proses penyelamatan, perawatan, penjinakan, pelatihan, dan pemandirian.
Di lokasi TNWK, tim disambut oleh beberapa polisi hutan, petani madu lanceng, dan petugas konservasi hutan. Pertama, tim diarahkan untuk menerima pengetahuan tentang lebah lanceng. Bagaimana budidayanya dan cara memanen madunya. Tim disilakan untuk mencicipi propolis yang dihasilkan lebahnya sekaligus mencicipi sensasi rasa madu lanceng yang dipanen langsung dari sarangnya. “Rasanya sangat enak dan segar. Untuk madu terasa manis, sedangkan propolis terasa segar manis dan ada rasa masamnya,” kata peserta didik kelas XI SMA Nasima, Kubilai Khan Zuge.
MADU LAMPUNG: Salah satu peserta didik sedang praktik terbimbing memanen madu lebah trigona, madu khas yang dibudidayakan masyarakat di kawasan Taman Nasional Way Kambas Lampung.
Seusai mengenal budidaya lebah madu, pemandu mengajak tim ELE-JN SMA Nasima menjelajah hutan. Dari tempat perlebahan tim melewati jembatan kayu yang bawahnya mengalir sungai yang cukup lebar dan deras. Tim sudah siap dengan perlengkapan dasar, seperti harus bersepatu, membawa jas hujan, tas perbekalan, dan sebagainya. Mereka membuat kelompok dan masing-masing kelompok ada satu pendamping guru dan petugas hutan. Semua dilakukan dengan pengawasan petugas hutan dan polisi hutan. Dengan penuh kehatian-hatian dan semangat mereka berjalan menjelajah hutan yang terlihat masih asli.
Peserta didik harus ekstra hati-hati karena tetiba hujan turun, sehingga medan yang dilalui sangat licin dan rawan terpeleset. Walaupun demikian, tim anggap itu sebagai tantangan yang harus tim hadapi. Tiba di titian sebatang kayu, tim harus lebih lagi meningkatkan kewaspadaan, karena lengah sedikit, tim bisa terjatuh masuk kubangan air yang cukup dalam. Tim selalu diberi panduan oleh polisi hutan agar fokus dan tidak lengah. Lebih kurang tiga jam tim menjelajah hutan, tibalah untuk beristirahat dengan minum dan makan yang telah disiapkan warga. Peserta didik terlihat sangat lahap menyantap hidangan karena baru saja menjelajah hutan dalam guyuran hujan. Meski belepotan lumpur mereka tetap menikmati makan siang penuh kesan. Selain makanan, juga disuguhkan camilan berupa ubi, singkong, dan pisang kukus, serta minuman jahe rempah. Stamina tubuh para peserta didik dan pendamping pun pulih kembali.
BHAKTI NEGERI: Peserta didik SMA Nasima ditemani petugas TNWK dan polisi hutan menanam puluhan bibit pohon di beberapa kawasan hutan habitat gajah dan satwa khas Sumatera yang kosong dari pepohonan.
MERESTORASI HUTAN: Tim ELE-JN SMA Nasima berfoto di gapura Restorasi Rawa Kidang setelah selesai menjelajah dan menanam bibit pohon di beberapa lokasi di tengah rintik hujan.
Tidak kalah menariknya, berlanjut peserta didik disuguhkan pada hamparan luas yang ternyata berisi gajah yang dilepas bebas. Di TNWK, peserta didik diajarkan bagaimana cara meracik nutrisi gajah serta menyuapkan ke gajah. Pada saat inilah peserta didik sangat antusias, dibuktikan dari keinginan mereka untuk memberi suapan nutrisi ke gajah yang bernama Kartijah akronim dari Kartininya gajah, begitu menurut keterangan pawangnya. Keseruan tim di TNWK berakhir tepat pukul 14.30 WIB.
SAHABAT GAJAH SUMATERA: Peserta didik SMA Nasima antusias berinteraksi dengan hewan raksasa khas Sumatera dengan memberi makanan yang mereka racik sebelumnya.
Peserta semakin bersemangat untuk menjelajah Lampung, Sebelum perjalanan berlanjut di objek selanjutnya, peserta singgah ke salah satu masjid di Lampung untuk menunaikan shalat. Perjalanan rombongan dilanjut untuk menuju penginapan. Peserta didik bermalam di Elephant Inn and Suite Hotel by Sajiwa. Setibanya di hotel, peserta didik dipersilakan untuk bersih diri kemudian melakukan shalat Magrib secara berjamaah di mushala hotel. Untuk selanjutnya, diteruskan dengan kegiatan evaluasi dan makan malam. Kegiatan tim di hotel malam itu berakhir dengan kembali ke kamar masing-masing untuk tidur. Paginya peserta didik bangun pukul 03.30 WIB untuk menunaikan shalat Tahajud dan shalat Subuh berjamaah. Peserta didik melanjutkan kegiatan dengan bersih diri dan makan pagi dilanjut ceck out tepat pukul 07.30 WIB.
Menyatu dengan warga adat
Selasa 30/4/2024 perjalanan Tim ELE-JN lanjutkan menuju salah satu suku di Lampung Selatan, Kecamatan Pasewaran, bernama Suku Pesisir Saibatin. Beberapa waktu kemudian bus yang tim tumpangi berhenti. Sudah tim perkirakan bahwa objek tujuan telah tiba. Di saat peserta didik hendak turun dari bus, sayup-sayup dari dalam bus terdengar suara musik yang ternyata musik khas Lampung. Tim pun bergegas turun. Alangkah terhenyaknya tim melihat apa yang ada di hadapan mereka. Suatu suguhan tari khas Lampung lengkap dengan baju adatnya yang ditarikan oleh pemuda pemudi lengkap dengan alat musiknya yang khas. Tepatnya tarian khusus untuk menyambut tamu. Di setiap penampilan penyambutan memiliki makna tersendiri.
TAMU AGUNG: Direktur Pendidikan II YPI Nasima, Dr Dwi Sukaningtyas MPd (nomor 3 dari kanan) dan Kepala SMA Nasima, Sri Utami SPd Gr (nomor 2 dari kiri) beserta rombongan dari SMA Nasima disambut dengan sangat meriah dengan upacara adat khas Suku Saibatin Lampung.
Dimulai dari pincak khakot, seni beladiri khas Lampung. Sang pemegang pedang memiliki peran sebagai pembuka jalan dan memotong dedaunan yang menghalangi jalan. Sedangkan yang tidak menggunakan pedang, bertugas untuk menepiskan semua apa yang telah dipotong, kemudian penari memiliki peran untuk membersihkan jalan, sehingga perjalanan menuju tempat yang dituju oleh tamu menjadi aman, tenteram, dan tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Perwakilan adat pun mulai mengalungkan selendang tenun tapis berwarna merah untuk dikalungkan ke perwakilan rombongan. Tapis bertama dikalungkan ke Kepala SMA Nasima, Sri Utami SPd dan tapis kedua dikalungkan ke perwakilan peserta didik, Ghani Umar Rasyid. “Luar biasa. Kami disambut dengan acara adat yang sangat megah selayaknya presiden atau tamu kebesaran lainnya. Kami merasa sangat tersanjung,” kata Ghani.
Peserta didik Nasima dan guru pendamping diarak menuju tempat acara dimana sesepuh adat setempat telah menunggu. Para pendamping disilakan duduk di atas panggung dengan cara lesehan. Di situ tim para pendamping duduk lesehan berhadapan dengan pemangku adat. Sedangkan peserta didik duduk lesehan di bawah panggung. Hiburan pun mulai disuguhkan oleh panitia di desa tersebut. Mereka menyuguhkan tarian kipas yang merupakan tari khas mereka sebagai simbol penyambutan tamu, sedangkan Nasima pun tidak kalah bersahabatnya menampilkan Tari gambang Semarang yang menjadi ikon tari asal Kota Semarang. Penarinya adalah Riri, Dyandra, Adia, Naya, Nindy, Asa, dan Maura.
Setelahnya tim disilakan masuk ke sebuah ruangan dengan pernak-pernik hiasan kain berwarna, dan kain batik jarik yang dipampang berjejer membuat daya tarik tersendiri. Di lantai yang beralaskan kain memanjang dengan simbol khusus telah digelar dan di atasnya tersaji berbagai hidangan yang beraneka macam. Semua hidangan cara penyajiannya hampir sama seperti hidangan di rumah makan Padang. Sedikit-sedikit disajikan dalam piring kecil dengan porsi yang sedikit di setiap piring, namun beraneka variasi lauk dan sayur terhidang di situ. Benar-benar mengingatkan jika tim sedang makan di rumah makan padang. Hanya saja bedanya tim tidak menemukan banyak hidangan bersantan seperti di Padang. Kesamaannya dengan yang di Padang hanya cara penyajiannya saja. Peserta didik pun mulai makan dengan lahapnya setelah berdoa, tetapi masih dalam kondisi sopan dan santun.
HIDANGAN KHAS: Tim ELE-JN SMA Nasima bersama warga makan bersama dengan menikmati jamuan hidangan sekhuit atau Seriut di rumah Raja Tua Saibatin secara lahap dan penuh keakraban.
Sesudah acara adat sambut tamu tersebut, peserta didik dipanggil dua-dua oleh panitia kegiatan di desa adat untuk selanjutnya diantar ke rumah induk semang masing-masing dengan menggunakan motor panitia desa. Menjelang senja seluruh peserta didik sudah berada di rumah induk semangnya masing-masing. Setelah berorientasi dengan rumah dan keluarga baru mereka, peserta didik kembali berkumpul untuk berkunjung ke Dinas Pariwisata Provinsi Lampung. Meraka mengikuti acara Muli Mekhanai, kegiatan yang menampilkan pemilihan duta pariwisata yang diikuti oleh seluruh pemuda-pemudi dari masing-masing kecamatan yang ada di Provinsi Lampung yang berusia 17-25 tahun. Mirip di Semarang, acara tersebut seperti pemilihan duta wisata yang disebut pasangan Denok Kenang. Pukul 22.00 WIB tim undur diri karena keesokan harinya tim harus berkegiatan lain lagi yang membutuhkan stamina fit.
KELUARGA BARU: Peserta didik bersama induk semang masing-masing. Putra dan putri dipisah di rumah-rumah warga Suku Saibatin.
“Ketika kita berada dalam suatu daerah, maka kenalilah budayanya dan adat istiadatnya, yakinlah dari situ akan tumbuh kecintaanmu pada masyakatnya,” kata Kepala SMA Nasima, Sri Utami memberi motivasi pagi kepada peserta didiknya pada Rabu 1/5/2024. “Demikianlah hal yang harus kita lakukan agar dalam diri kita tumbuh rasa cinta terhadap bangsa dan negara tercita kita, Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika,” tambah Utami. Pada hari keempat ini, peserta didik SMA Nasima diajak mengenal lebih dekat rangkaian adat perayaan pengantin khas Lampung.
Berbagai rangkaian adat perayaan pengantin tersebut diawali dengan membuat aneka jajan khas perayaan. Di antara jajanan tersebut yaitu lepot, babai makheng, dan tape ketan. Adapun adatnya berupa kegiatan arak-arakan pengantin dan makan siang dengan seruit Lampung. Selain mengenalkan adat pengantin Lampung, peserta didik SMA Nasima pun dikenalkan dengan edukasi kopi lampung, mulai dari saat memanen, memisahkan bijinya sampai dengan menyangrai, menumbuk, hingga pada penyeduhan dan penyajian minuman untuk siap dinikmati oleh pecinta kopi. Tidak kalah asyiknya ketika peserta didik SMA Nasima diajak untuk mengeksplore rumah adat, Monumen Angkatan Laut, dan edukasi pincak khahot
Malam harinya peserta didik disuguhi adat yang spektakuler bernama Manjau Maju, yaitu tradisi adat perayaan pengantin yang dihadiri oleh Kepala Bidang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Pesawaran. Kemeriahan suguhan upacara adat tersebut disambut antusias oleh peserta didik SMA yang mengikuti acara sampai rangkaian adatnya selesai.
MAKANAN TRADISIONAL: Peserta didik SMA Nasima antusias membuat lepot, sejenis makanan berbahan ketan dan kelapa yang dibungkus daun kelapa muda.
MENJADI LAMPUNG: Peserta didik berfoto seusai mengikuti pengenalan dan simulasi tradisi pernikahan adat khas Lampung di dalam bimbingan pemangku adat wilayah Pasewaran..
Hardiknas bersama teman-teman di Pesawaran
Memasuki hari keempat Kamis 2/5/2024, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) peserta didik SMA Nasima antusias untuk bertemu dengan adik-adiknya di SMP N 1 Pesawaran. Sambutan hangat peserta didik SMP tersebut kepada tim sangatlah tulus terasa. Demikian pula kakak-kakak SMA Nasima menyambut baik salam hangatnya adik-adiknya, anak-anak Lampung. Di lokasi terjadi saling tukar budaya. Adik SMP mempersembahkan tarian khas Lampung demikian pula kakak SMA dengan tarian Gambang Semarangnya. Mereka berunjuk kebolehannya di lapangan sekolah. Sebelumnya, kakak SMA yang diwakili oleh Duta SMA Nasima, Nindya Iswara (Nindy) dan Muhammad Irfan Nazieh berkesempatan presentasi tentang profil Sekolah Nasima, khususnya SMA Nasima.
PERSANDINGAN BUDAYA: Tim tari SMA Nasima menampilkan tari Gambang Semarang di halaman SMPN 1 Pesawaran Lampung Timur seusai upacara Hari Pendidikan Nasional 2/5/2024/
Penampilan dan presentasi mereka berdua sangat memukau. Terbukti dari tepuk tangan riuh dikhususkan untuk Nindy dan Nazieh ketika menyudahi presentasinya. Selanjutnya, hadirin dibuat gempita saat Duta SMA Nasima tersebut memberi kuis tentang kenasimaan dan isi materi presentasi. Semua bahan pertanyaan kuis sudah disampaikan semua saat presentasi di dalam aula. Rasa haru adik-adik SMP N 1 Pesawaran yang bisa menjawab kuis mendapat hadiah souvenir dari kakak-kakak SMA Nasima. Rasa haru itu diperlihatkan dengan ekspresi adik SMP yang mencium suvenirnya saat berhasil menjawab kuis. Suvenir itu dibolak-balik dan dicium berulang. Begitu ekspresi yang terlihat jelas dari adik SMP. Pada akhir acara, tim ELE-JN SMA Nasima pun berpamitan sambil berbagai suvenir dengan para guru dan tenaga kependidikan di SMP N 1 Pesawaran.
KAKAK ADIK: Duta SMA Nasima, Muhammad Irgfan Nazieh (paling kanan) dan Nindya Iswara (paling kiri) foto bersama peserta didik SMPN 1 Pesawaran yang berhasil menjawab kuis kenasimaan yang mereka presentasikan.
Berkunjung ke Museum Ketransmigrasian
Seusai dari SMP N 1 Pesawaran, tim berkunjung ke Museum Ketransmigrasian Provinsi Lampung. Museum tersbut berdiri sejak 2004. Diawali dari ide Bapak Prof Dr Ir H Muhajir Utomo MSc yang saat itu menjabat sebagai Rektor Universitas Lampung sekaligus Paguyuban Putra-Putri Transmigrasi (Patri). Museum Nasional Ketransmigrasian adalah salah satu museum nasional yang mendokumentasikan catatan tentang keberhasilan proses transmigrasi di Indonesia yang terletak di Provinsi Lampung. “Transmigrasi merupakan program nasional pada era Orde Baru. Tujuannya untuk memeratakan proporsi penduduk di Indonesia. Caranya dengan memindahkan penduduk dari Pulau Jawa dan Bali yang sudah padat ke beberapa wilayah di Sumatera, Kalimantan, dan sebagainya, termasuk di Lampung. Tak heran, di Lampung banyak wilayah yang merupakan penduduk pendatang dari Jawa dan Bali,” ujar peserta didik kelas XI IPA 1, Nur Sarah Ousman mengulang kembali penjelasan dari pemandu museum.
MEMORI TRANSMIGRASI: Peserta ELE JN SMA Nasima berfoto bersama dengan pemandu di Museum Ketransmigrasian Lampung.
Mengenal tenun tapis dan makan seruit
Belumlah afdol jika seseorang sedang berkunjung ke suatu daerah namun belum membawa buah tangan khas daerah tersebut. Oleh karena itu, tidaklah salah jika seseorang sedang berkunjung ke Lampung maka yg pertama kali diburu adalah kerajinan berbahan kain tapis. Kain tapis merupakan produk kerajinan kain tenun tradisional Lampung dengan pola motif khusus dari benang emas atau perak. Adapun bahan dasar dari kain tapis itu sendiri adalah benang. Kain tapis itu sendiri merupakan jenis tenunan yang semula berfungsi sebagai kain penutup atau sarung yang dipakai pada saat upacara adat atau perkawinan suku adat Lampung. Bahkan pada saat sekarang ini, motif dan corak tersebut tidak hanya diterapkan pada kain, namun sudah berkembang, misal dijadikan kerajinan berupa tas, hiasan dinding, sepatu, dompet, dan peci. Kerajinan tersebut dikenal sebagai tapis versi modern. Di lokasi sentra pembuatan kain tapis ini pun, peserta didik diajarkan bagaimana cara membuat motif kain tapis sekaligus mereka dibolehkan untuk praktik langsung.
TENUN KHAS LAMPUNG: Peserta didik SMA Nasima mencoba menenun kain tapis didampingi ibu-ibu perajin di sentra tenun tapis Lampung.
Kegiatan padat pada hari keempat sangatlah menguras energi peserta didik, kegiatan super padat tersebut bahkan baru selesai kisan pukul 15.00 WIB lebih. Akan tetapi, itu semua terbayar dengan surprise yang diberikan untuk peserta didik SMA Nasima dari tetua adat setempat saat menjamu makan siang peserta didik. Tim diperlihatkan dengan penyajian hidangan yang namanya sekhuit atau seruit. Sangatlah asing bagi tim nama itu. Cara penyajian jamuan makan siang itu dibuat berkelompok, masing-masing kelompok ada 4 orang. Hidangan terdiri atas nasi putih, sambal, ikan asap, tahu tempe goreng, dan lalapan serta sayur asam. Sambalnya pun terdiri atas dua macam dan beda rasa.
Ternyata kata seruit itu sendiri bermakna kebersamaan. Berasal dari kata seruit atau muju yang artinya makan bersama saudara, teman, ataupun kerabat. Seruit Lampung itu sendiri merupakan makanan khas Lampung yang seringkali disajikan dalam berbagai acara besar seperti acara adat, pernikahan, dan kelahiran bayi. Seruit terbuat dari ikan yang dibakar atau diasap, lalu dicampurkan dengan berbagai macam bumbu seperti cabai, bawang merah, terasi, gula putih, garam mangga kweni, dan perasan jeruk limau. Secara keseluruhan hidangan tersebut telah menyedot perhatian peserta didik SMA Nasima dan mengundang selera makannya. Di luar dugaan hidangan tersebut ludes karena begitu laparnya anak-anak ataukah karena enaknya makanan tersebut. Alhamdulillah.
Berkunjung ke Pulau Pahawang
Jumat 3/5/2024 merupakan hari terakhir peserta didik SMA Nasima menjelajah Provinsi Lampung. Pada hari terakhir Tim ELE-JN SMA Nasima fokus pada penjelajahan alam. Selain keunggulan budayanya, Provinsi Lampung juga memiliki alam yang elok, salah satunya Pulau Pahawang. Sepanjang mata memandang, suguhan keindahan alam yang mengelilingi Pulau Pahawang membuat tim terpesona. Apalagi ketika perahu motor tim mulai mendekat, maka pemandangan nyata yang masih alami seperti belum terjamah manusia terpampang di depan mata tim ELE-JN.
Perlu diketahui bahwa Pulau Pahawang merupakan destinasi wisata andalan Lampung yang menawarkan keindahan panorama alam dan pemandangan bawah airnya. Di objek wisata ini anak-anak dapat mengeksplore kekayaan lautnya dengan melakukan snorkling. Betapa bahagianya peserta didi SMA Nasima seolah mereka dapat menikmati salah satu keindahan alam Indonesia di Pulau Pahawang. Sayangnya hari itu merupakan hari terakhir, peserta didik SMA Nasima harus meninggalkan pulau terindah di Lampung. “Selamat tinggal Lampung, kenangan terindah akan selalu kuingat di hati. Baik-baik Pahawang, Kau sudah terukir di hati kami,” kata Nindya.
AMAN DAN MENYENANGKAN: Peserta didik SMA Nasima (dari kiri), Rizal, Kubilai Khan, dan Zavier menikmati pemandangan Pulau Pahawang di atas perahu. Semua wajib memakai baju pelampung untuk keselamatan diri.
DUNIA BAWAH AIR: Peserta ELE-JN SMA Nasima bersiap untuk melakukan snorkeling menikmati keindahan bawah air pantai Pulau Pahawang.
Sabtu 4/5/2024 Tim ELE-JN SMA Nasima mengakiri seluruh rangkaian kegiatan. Setelah melampaui perjalanan panjang bersama bus pariwisata d’Nasima yang nyaman diselingi perjalanan melintas laut Selat Sunda dengan kapal feri, akhirnya tim sampai kembali di SMA Nasima Semarang. “Setelah menjelajah Lampung kami pun akhirnya bisa menemukan makna dari semboyan ‘Lampung Sang Bumi Ruwa Jurai’ yang tertulis di lambang Provinsi Lampung,” kata Muhammad Irfan Nazieh. “Artinya satu bumi Lampung atau masyarakat Lampung memiliki ruwa atau dua, jurai atau tradisi. Mereka mampu hidup rikun dengan memadukan dua budaya yang mengkristal yaitu budaya Saibatin dan budaya Pepadun,” tambah Nazieh.
“Meskipun hanya sepekan menjelajah Lampung Sang Bumi Ruwa Jurai, peserta didik SMA Nasima banyak belajar tentang rasa bersyukur atas besarnya karunia Allah SWT yang menciptakan alam Indonesia dan isinya yang penuh pesona. Beberapa hal yang dapat diambil sebagai pembelajaran peserta didik SMA Nasima dari perjalanan ELE-JN yang mereka lakukan diantaranya belajar saling menghormati antarsesama manusia saat berinteraksi dengan masyarakat suku, belajar tentang arti kasih sayang antarsesama umat manusia bersama keluarga di homestay, belajar bertanggung jawab, mandiri, saling peduli, dan mendukung dengan sesama teman, serta belajar untuk lebih mencintai tanah airnya,” kata Direktur Pendidikan II YPI Nasima, Dr Dwi Sukanintyas MPd yang setia mendampingi tim melakukan semua kegiatan. (naskah: Siti Badriyah, foto: M Hanif Prakosa)