Kekayaan ragam budaya Nusantara penting dikenalkan pada peserta didik sejak mula sebagai cara menanamkan karakter bangsa yang plural. SMP Nasima melakukannya dengan menyelenggarakan Eksplorasi Live In dan Ekspose Jelajah Nusantara (ELE-JN) di Desa Cibuntu, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat 8-12/1/2020. Peserta ELE-JN adalah 108 anak-anak kelas VIII dan 7 orang guru. Kali ini ragam budaya dan potensi masyarakat suku Sunda yang menjadi objeknya .
Dalam sambutan selamat datang, Kepala Desa Cibuntu, H Awam Hamar Efendi menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada rombongan. “Kami atas nama masyarakat Desa Cibuntu sangat senang dengan kedatangan rombongan dari SMP Nasima Semarang. Mulai hari ini kalian adalah bagian dari keluarga kami. Karena itu jangan sungkan dan ragu, anggap induk semang kalian sebagai Bapak dan Ibu sendiri”
Sementara itu, Wakil Kepala SMP Nasima Bidang Kurikulum, Melia Luciana SPd, berpesan agar anak-anak kelas VIII SMP Nasima dapat belajar seoptimal mungkin menyerap pengetahuan, pengalaman, dan kearifan lokal masyarakat setempat. “Program ELE-JN ini dirancang agar peserta didik dapat mempelajari berbagai macam ragam kebudayaan bangsa Nusantara yang sangat kaya, dengan demikian karakter menghargai sesama anak bangsa akan bertumbuh kembang beriringan,†kata Melia.
Kegiatan ELE-JN SMP Nasima di Desa Cibuntu diawali dengan atraksi budaya penyambutan oleh Ki Lengser, diiringi oleh Punggawa dan Mayangsari lengkap dengan gamelan Sunda. Ki Lengser adalah simbolisasi leluhur Cibuntu. Punggawa dan Mayangsari adalah sepasukan pemuda pengawal dan para penari. Atraksi budaya tersebut lazim dilaksanakan pada penyambutan tamu atau pengantin pria sebagai simbol keramahtamahan masyarakat Sunda.
Selain atraksi budaya, malam harinya peseta ELE-JN juga menghadiri acara kenduri bersama dengan masyarakat. Kenduri atau syukuran merupakan wujud rasa syukur masyarakat atas semua karunia dari Allah SWT. Peserta ELE-JN dibagi dalam kelompok-kelompok untuk menginap dan berbaur dengan induk semang atau keluarga-keluarga yang menyediakan rumah mereka untuk ditinggali. Mereka mengerjakan sebendel lembar kerja penelitian budaya sederhana berdasar hasil wawancara, dokumentasi, dan pengamatan. Mereka mengeksplorasi berdasar 7 unsur kebudayaan berdasar teori Clyde Kluckhohn dan Koentjaraningrat. Sistem religi, bahasa, sosial, ekonomi, pengetahuan, teknologi, dan kesenian menjadi acuan eksplorasi. Pada akhirnya hasil eksplorasi akan didokumentasi untuk memperkaya pustaka literasi Sekolah Nasima.
Aktivitas sehari-hari setiap keluarga anak-anak ikuti seperti makan bersama, bekerja di ladang atau berdagang, dan sebagainya. Anak-anak juga terlibat dalam aktivitas kemasyarakatan seperti kerja bakti, salat berjamaah di masjid desa, dan seni tradisi khas Sunda. “Kami sangat senang. Bisa berbaur dengan masyarakat yang berbeda suku dan memperoleh banyak pengetahuan serta pengalaman. Indonesia memang kaya dan Bhinneka Tunggal Ika,†tutur Emir Kumara Bama, peserta didik kelas VIII sekaligus Ketua OSIS SMP Nasima. Taryadi