Sekolah Nasima

Perkuat Nasionalisme, SMA Nasima Upacara Bendera di Segara Wedhi Bromo

Bagikan

MERAH PUTIH: Peserta ELE-JN SMA Nasima menyanyi “Indonesia Raya” secara khidmat disaksikan bendera Merah Putih dan panji YPI Nasima di lautan pasir Gunung Bromo (13/2/2023).

 

SMA Nasima menyelenggarakan kegiatan Eksplorasi, Live In, dan Ekspose Jelajah Nusantara (ELE-JN) untuk kelas XII pada Minggu-Rabu 12-16/2/2023. Pesertanya 66 peserta didik dan 6 guru pendamping. Mereka menginap, menjelajah, dan mengeksplorasi objek-objek di Jawa Timur. Mereka mengunjungi tiga perguruan tinggi di Malang, ziarah aulia, api unggun dan outbound di Taman Dolan Batu, serta upacara bendera dan silaturahmi budaya dengan Suku Tengger di kawasan Gunung Bromo.

“Menumbuhkan motivasi dan strategi meraih mimpi studi lanjut di perguruan tinggi bagi kelas XII perlu kiat khusus menggapainya. Beberapa program dilakukan sekolah, salah satu yang apik dan menarik adalah melalui ELE-JN kali ini,” kata pemimpin rombongan yang juga Wakil Kepala SMA Bidang Administrasi dan Sarpra, Amalia Putri Rengganis MPd. “Kami mengemas kegiatan komprehensif berupa kunjungan orientasi ke perguruan tinggi, outbound, jelajah budaya, serta ziarah kemakam aulia. Ikhtiar meraih cita-cita di masa depan perlu kerja keras yang diiringi dengan ikhtiar batin dan pembentukan karakter nasionalis agamais. Kelak ketika cita-cita itu tercapai, maka orientasinya adalah untuk memajukan bangsa dan selalu menerapkan akhlak al karimah,” tambah Amalia.

Lebih lanjut Amalia menjelaskan, bahwa ELE-JN merupakan program yang konsisten dilakukan setahun sekali oleh Sekolah Nasima sebagai implementasi kompetensi Nasima dalam aktivitas Jelajah Nusantara.  ELE-JN memfasilitasi peserta didik untuk mengeksplorasi dan berinteraksi lebih mendalam secara langsung serta mewujudkan berbagai karya di lingkungan sosial budaya yang beragam.

MENGENAL PERGURUAN TINGGI: Peserta didik SMA Nasima di depan kampus Universitas Brawijaya setelah mengikuti kegiatan orientasi perguruan tinggi terbesar di Malang tersebut.

 

Orientasi perguruan tinggi

Objek pertama yang dikunjungi adalah Kampus Universitas Islam Malang (Unisma), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan Universitas Brawijaya (Unibraw). Di Unisma rombongan SMA Nasima diterima oleh Wakil Rektor Bidang Kelembagaan, Publikasi, dan Teknologi Informasi, Dr Ir Hj Istirochah Pujiwati MP. Segala keunggulan Unisma dipaparkan Istirochah. Salah satunya adalah tentang karakteristik Unisma sebagai universitas NU terbaik yang maju dan modern dengan tetap melestarikan Islam Nusantara. Kemudian saat di UMM peserta didik langsung disambut dengan kegiatan psikotes bakat minat berbasis TI. Peserta didik langsung memperoleh laporan hasil tes berupa gambaran potensi dan motivasi yang sesuai dengan jurusan kuliah yang akan diraih. Sedangkan di Unibraw mereka diterima oleh Staf Ahli Unibraw, Windi Halim MSos. Menurut Halim banyak keunggulan di Unibraw yang bisa menjadi pilihan selain suasana di Malang yang sejuk dan nyaman.

Setelah kunjungan orientasi ke tiga kampus ternama di Malang, peserta ELE-JN berziarah ke Makam Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih di Kompleks Pemakaman Kasin, Malang. Habib Abdullah merupakan ahli Al Qur’an dan Hadits yang mempunyai garis keturunan dari Nabi Muhammad. Di makam tersebut peserta didik dipandu untuk melafal kalimat thayyibah dan doa untuk para aulia serta berharap mendapat barokah berupa segala kebaikan dan pertolongan. Kegiatan ini mendorong peserta didik SMA Nasima untuk berikhtiar secara lahir dan batin dalam mencapai cita-citanya. ”Saya senang dan bersyukur berkesempatan ziarah dan berdoa di makam Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih. Semoga harapan saya diterima di perguruan tinggi idaman saya. Pun demikian dengan harapan teman-teman SMA Nasima semuanya”, ucap Armadeo Riski Renjiro, kelas XII IPS dalam doanya.

 

ZIARAH AULIA: Kalimat thayyibah dan doa dilantunkan peserta didik SMA Nasima saat berziarah di makam Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih di kompleks Pemakaman Kasin Malang.

Malam harinya, peserta ELE-JN SMA Nasima bermalam di kompleks Taman Dolan. Tempatnya tenang dengan nuansa bangunan kayu yang sederhana serta berada di dekat aliran sungai juga kebun nan hijau. Acara api unggun digelar setelah sejenak menikmati suasana. Acaranya sarat dengan romansa penguatan jiwa kegotongroyongan serta kekompakan untuk kesuksesan bersama. Penyalaan unggun oleh sembilan petugas obor “Karakter NASIMA YES” menjadi inti acara. Karakter khas Sekolah Nasima itu pun semakin menggelora di dada mereka. Pentas aksi dan kreasi kelas XII IPA 1, IPA 2, dan kelas IPS menyemarakkan malam. Di tempat ini pula pagi hingga siang hari peserta didik mengikuti outbound bersama Tim Taman Dolan. “Aneka permainan edukatif dalam outbound memantik kegembiraan dan semangat peserta didik. Terbangunnya jiwa korsa sebagai keluarga Sekolah Nasima dan motivasi untuk beprestasi bersama menjadi tujuannya. Sukses sendiri itu biasa, tetapi sukses bersama itu sangat luar biasa,” demikian ungkap Joko Sulistiyono SPd, guru pendamping yang menjadi koordinator kegiatan.

MEMPERKUAT DAYA JUANG: Peserta didik SMA Nasima bersemangat menaklukkan salah satu tantangan dalam outbound rekreatif di Taman Dolan Batu, yaitu tubing di sepanjang saluran air berarus deras.

 

Pada hari terakhir, peserta didik menuju Gunung Bromo. Armada bus diganti belasan jip agar mampu membawa mereka ke tujuan di puncak. Mereka menginap di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Letaknya tak begitu jauh dari pemukiman masyarakat Suku Tengger, suatu komunitas masyarakat di lereng Gunung Bromo yang masih kental dengan nilai-nilai budaya leluhur mereka.

Menyanyi “Indonesia Raya”

Perjalanan menanjak dan meliuk-liuk memacu adrenalin peserta dan guru pendamping ELE-JN. Setelah beristirahat sejenak dan shalat Subuh peserta bergegas mengejar sunrise atau terbitnya matahari pagi di salah satu sisi tebing Gunung Bromo. Dingin yang menggigit dan kabut tebal tak mengurangi hasrat untuk mengagumi kemahakuasaan Tuhan melalui mahakarya alam ciptaan-Nya yang menakjubkan. Sekitar jam tujuh mereka turun ke area padang pasir di kaldera Bromo yang dikenal dengan sebutan Segara Wedhi.

BHINNEKA TUNGGAL IKA: Guru dan peserta didik SMA Nasima berbaur dengan masyarakat Tengger Bromo dalam acara silaturahmi budaya.

Sebagaimana kebiasaan di sekolah mereka pun mengadakan apel bendera di hamparan pasir gunung yang eksotik tersebut. Mereka membentuk lingkaran besar. Joko Sulistiyono SPd berdiri di ujung lingkaran sebagai pembina apel. Bendera Merah Putih dan panji Sekolah Nasima berkibar kokoh di pegangan dua petugas. Saat dua bendera kehormatan itu masuk lingkaran mereka serempak memberi hormat dilanjutkan menyanyi lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Pesan-pesan inspiratif dan motivatif dari pembina apel mereka simak secara seksama. Joko Sulistiyono mengajak peserta didik untuk melakukan aksi nyata bahwa kesuksesan adalah pilihan yang harus dilakoni dengan keyakinan dan mind set positif. Peserta ditantang untuk melepas jaket, kaos tangan, dan atribut penahan dingin lainnya. Kemudian peserta diajak melakukan beragam gerakan sehingga menghangatkan badan. “Ini merupakan salah satu simbol, bahwa semangat, pikiran positif, dan motivasi yang kuat menjadi modal penting dalam mengalahkan tantangan serta mewujudkan cita-cita,” kata Joko.

Setelah menikmati keindahan Bromo, peserta ELE-JN bersilaturahmi dengan masyarakat Tengger. Di balai desa mereka diterima. Tokoh masyarakat Tengger, Selamet memberi gambaran tentang kehidupan Suku Tengger dan ajakan untuk menguatkan rasa cinta tanah air.  Menurut Selamet kata “Tengger” berasal dari gabungan nama leluhur mereka yaitu Rara Anteng dan Jaka Seger. Dia juga menjelaskan bahwa, pemimpin adat Tengger disebut Dukun Pandhita. Dia memandu masyarakat Tengger yang mayoritas beragama Hindu Dharma untuk tetap melestarikan tradisi turun temurun masyarakat Tengger. “Salah satunya adalah mengenakan baju hitam, ikat kepala atau udeng, dan sarung bagi laki-laki; serta mengenakan jarik atau kain dan kebaya hitam bagi perempuan. Tiap hari Jumat dan Sabtu murid sekolah mengenakan pakaian adat Suku Tengger. Masyarakat Tengger tetap menerima kemajuan zaman termasuk kuliah bagi yang mampu dengan harapan tetap kembali ke kampung halaman untuk mengamalkan ilmunya,” kata Selamet.

Silaturahmi dengan masyarakat Tengger menjadi agenda pamungkas. Fase akhir atau ekspose kegiatan ELE-JN akan direalisasikan peserta didik dalam tulisan essai dan film dokumenter. Karya tersebut akan dipresentasikan, dicetak, dibukukan, serta disyiarkan ke masyarakat luas sebagai salah satu bentuk inspirasi dan darmabakti untuk bangsa. (Dwi Astuti)


Bagikan

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *