INTERKONEKSI: Program antibullying memerlukan interkoneksi guru dan peserta didik sebagai agen perubahan
Bullying atau perundungan yang sering terjadi disekolah-sekolah sudah pada tahap mengkhawatirkan. Menurut data yang rilis oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dari survey nasional pengalaman hidup anak dan remaja tahun 2018, menyebutkan 2 dari 3 anak peremuan dan laki-laki usia 13-17 tahun di Indonesia pernah mengalami paling tidak satu jenis kekerasan dalam hidup mereka.
Tindakan prilaku perundungan disekolah tentunya perlu perhatian serius dari semua pihak. Oleh karena itu dibutuhkan solusi untuk mengatasi perundungan, yang salah satunya dengan memberikan pelatihan kepada pendidik dan tenaga kependidikan untuk mencegah dan menangani kejadian perundungan yang terjadi di sekolah. Berangkat dari kondisi tersebut, SMP Nasima menyelenggarakan pelatihan mengatasi perundungan di sekolah dengan program Roots, dengan narasumber Fasilitator Nasional M. Agus Khamid Arif, S.S. yang sekaligus guru SMP Negeri 39 Semarang.
Pelatihan terbagi dalam dua sesi, teori dan praktik baik. Berbagai pengetahuan dan keterampilan tentang perundungan, Sekolah Ramah Anak (SRA), Program Roots Indonesia, dibedah secara serius dan mendalam dengan melibatkan semua unsur guru, wali kelas, guru Bimibingan Konseling dan pejabat sekolah.
Selain belajar mengenai program antiperundungan, pada In House Training (IHT) akhir semester gasal ini, guru juga belajar menyusun soal dengan tipe Hight Order Thinking Skill (HOTS) dengan narasumber Waka Kurilumum dan Pengajaran Sri Ni’matu Rupiah, S.Pd., M.Pd. “Pemahaman guru dalam memberikan soal-soal dengan tipe HOTS penting untuk membangun budaya literasi dan numerasi dikalangan peserta didik, agar kita dapat mempersiapkan asesmen Nasional (AN) sekaligus dapat memperbaiki peringkat literasi dan numerasi di raport pendidikan sekolah kita” katanya.